Filosofi Blangkon Bukan Sekedar Sebagai Penutup Kepala

Blangkon merupakan ikat kepala yang bisa digunakan oleh laki-laki dan filosofi blangkon sangat terkenal dengan maknanya.

Pada umumnya blangkon dibuat dari jalinan kain baik polos maupun bermotif batik. Kain tersebut dibentuk secara khusus dengan cara dilipat, dililit dan bahkan dijahit sehingga bentuknya cukup mirip dengan topi.

Cara menggunakannya juga sangat sederhana tinggal merapikan rambut kemudian dipakai seperti topi pada umumnya.

Filosofi Blangkon

Filosofi Blangkon Bukan Sekedar Sebagai Penutup Kepala dan Adat Istiadat

Sejarah blangkon sendiri cukup panjang dan masih digunakan sampai sekarang namun untuk acara tertentu.

Sedangkan pada masyarakat Jawa kuno penggunaan blangkon sebagai penutup kepala menjadi pakaian sehari-hari dan wajib.

Pada jaman dulu pembuat blangkon bukan sembarang orang karena ada pakem atau aturan tersendiri dalam pembuatannya. Hanya seniman tertentu yang benar-benar memiliki keahlian tertentu karena setiap bagian memiliki arti.

Filosofi Blangkon

Banyak keistimewaan dalam blangkon yang mengutamakan pakem dan juga keindahan desainnya. Memiliki makna filosofis yang mendalam seperti pengharapan dalam nilai kehidupan dan masih banyak lagi.

Berikut 3 nilai filosofi dari blangkon yang sangat mendalam dan penuh makna dalam setiap desainnya.

Kain Dibagian Belakang Bermakna Dua Kalimat Syahadat

Membahas tentang makna blangkon hitam memang sangat menarik karena setiap bagian memiliki arti tertentu. Seperti pada bagian belakang blangkon terdapat 2 ikatan yang maknanya yaitu dua kalimat syahadat.

Syahadat kepada Allah SWT dan juga syahadat kepada Rasulullah SAW ketika diikat maka menjadi satu kesatuan syahadatain. Perlu diketahui kalau syahadatain terletak pada tempat teratas dan terhormat.

Filosofi Blangkon

Hal ini memiliki makna bahwa apapun pemikiran yang berasal dari akal pikiran harus memperhatikan aturan dalam Islam. Juga berlandaskan pada keimanan kuat terhadap Allah dan juga para Rasul-Nya.

Secara sederhana dua ikatan bagian belakang senantiasa mengingatkan penggunanya untuk selalu ingat Allah. Sehingga bisa lebih bijak dalam berpikir dan bertindak agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Penuh Makna akan Nilai-Nilai Ajaran Agama Islam

Semenjak masuknya agama Islam di tanah Jawa ternyata memberikan berbagai makna tambahan tentang kebiasaan baru. Salah satunya penggunaan blangkon sebagai penutup kepala yang digunakan setiap harinya.

Bentuk blangkon yang sangat spesial ternyata memiliki makna Filosofi blangkon Jogja tersendiri. Seperti kain yang menutupi kepala ada sebanyak 17 lipatan ternyata artinya adalah 17 rakaat dalam 5 waktu shalat.

Filosofi Blangkon

Tidak hanya itu, adanya mondolan pada bagian belakang ternyata memiliki fungsi untuk mencegah pengguna agar tidak tidur. Karena dari mondolan tersebut tentu saja tidak merasa nyaman saat dibuat tidur.

Pengrajin blangkon harus benar-benar memastikan kalau mondolan tersebut tepat berada ditengah. Serta harus lurus ke atas sebagai pengingat agar selalu lurus menjalankan perintah Allah dan tidak menutup mata.

Sisa kain pada bagian samping mondilan berjumlah 6 yang memiliki makna simbol rukun Iman dalam ajaran agama Islam.

Filosofi untuk Mengendalikan Diri

Perlu diketahui pada zaman dahulu para lelaki memanjangkan rambutnya namun tidak dibiarkan terurai begitu saja.

Namun rambut tersebut akan selalu diikat dengan menggunakan kain dan digulung rapi ke belakang kemudian dimasukkan kedalam blangkon.

Sikap ini merupakan sebuah bentuk pengendalian diri karena pada masa itu jika seseorang menggerai rambutnya. Maka sebagai bentuk luapan emosi atau amarah yang memang sudah memuncak.

Kecuali kalau sedang berada dirumah dalam keadaan santai atau dalam peperangan atau perkelahian tertentu. Jadi dapat dikatakan kalau blangkon menjadi peringatan untuk bersikap lembut setiap hari serta kemampuan dalam menahan emosi.

Selain itu kamu bisa baca filosofi kain jarik dan filosofi Surjan.

Blangkon bukan sekedar sebagai penutup kepala namun didalamnya ada begitu banyak makna. Tidak heran jika filosofi blangkon dapat digunakan sebagai pedoman agar hidup lebih berkualitas dan penuh makna.