Filosofi udheng Bali sangat erat kaitannya dengan ajaran Hindu yang secara umum dianut masyarakat Bali. Sebenarnya sama seperti daerah lain, masyarakat Bali juga memiliki busana tradisional termasuk ikat kepala yang sering digunakan para pria.
Udheng ini digunakan oleh semua lapisan masyarakat baik dari orang-orang biasa, kalangan bangsawan hingga sesepuh. Tidak heran jika sudah menjadi ciri khas masyarakat di daerah Bali baik digunakan sehari-hari maupun acara tertentu.
Menariknya fungsi udheng bukan sekedar sebagai penutup kepala saja namun setiap bentuk dari udheng ini memiliki makna tersendiri. Jika penasaran apa makna didalamnya bisa simak penjelasan singkat berikut ini.
Makna Dari Filosofi Udheng Bali
Udeng Bali sering disebut juga dengan destar yang merpakan simbol dari nginet manah atau pemusatan pikiran. Percaya atau tidak, ternyata tidak semua orang bisa membuat udeng namun hanya tangan-tangan khusus dan terlatih.
Udheng bisa digunakan oleh semua laki-laki yang ada di Bali tanpa ada batasan usia. Jadi dari anak-anak sampai pria dewasa bisa menggunakan udeng untuk aktivitas sehari-hari maupun acara tertentu.
Apalagi dalam upacara adat, udheng tersebut harus selalu digunakan termasuk dalam kegiatan sembahyang.
Terdapat bentuk-bentuk lekukan yang masing-masing memiliki makna tersendiri sehingga tidak boleh asal membuatnya. Lekukan pada bagian kanan memang tidak terlihat simetris dan cenderung tinggi sebelah.
Namun hal ini ada filosofinya yaitu menggambarkan tentang pengguna harus melakukan kebaikan yang direpresentasikan ke arah kanan.
Sedangkan pada bagian tengah kening terdapat ikatan sebagai makna pemusatan pikiran. Ikatan udeng juga dibuat tinggi dengan tujuan agar pikiran selalu lurus serta mengarah kepada Tuhan.
Makna lain yaitu dari warna udheng Bali yaitu secara umum berwarna putih yang mencerminkan kesucian, ketulusan serta kemurnian diri.
Dalam udheng juga menggunakan konsep Trimurti ajaran Hindu yaitu ujung kain kanan melambangkan Wisnu, ujung kiri melambangkan Brahma, ujung kain kebawah melambangkan Siwa.
Jenis-Jenis Udeng Bali dengan Ciri Khas Berbeda
Jika dilihat sekilas mungkin akan menganggap kalau semua udheng memiliki jenis yang sama, apalagi mirip seperti Blangkon. Namun ternyata ada 3 jenis udeng Bali berbeda yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri yaitu berikut ini.
Udeng Jejateran
Jenis pertama yaitu udeng Jejateran yang memiliki bentuk khas yaitu bagian kanan jauh lebih tinggi dibandingkan sebelah kiri. Jenis udheng ini digunakan masyarakat Bali untuk proses persembahyangan.
Udeng Dara Kepak
Jenis kedua yaitu udeng Dara Kepak yang paling sering digunakan oleh para pemimpin adat maupun ksatria warna. Ada perbedaan dengan jenis pertama yaitu adanya tambahan penutup lagi.
Hal ini menandakan atau melambangkan tanggung jawab pengguna yang merupakan pemimpin serta melindungi masyarakat.
Udeng Beblatukan
Jenis ketiga yaitu udeng Beblatukan khusus dipakai oleh pemangku adat dan memiliki perbedaan adanya bebidakan. Ciri khasnya yaitu ada penutup kepala yang diikat ke bawah sebagai lambang pengguna.
Pemangku adat harus mendahulukan kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan pribadinya sendiri.
Cara Memakai Udeng Bali Lembaran Secara Sederhana
Udheng memang tersedia dalam bentuk jadi yang sudah siap dipakai namun ada juga bentuk lembaran. Memakai yang sudah bentuk jadi tentu jauh lebih praktis namun jika bentuk lembaran maka bisa mengikuti panduan cara berikut.
- Pertama lipat terlebih dahulu menjadi bentuk segitiga.
- Jika sudah lipat bagian bawah segitiga keatas dan sisakan setengah ujung segitiga diatas.
- Balik kain agar bentuk segitiga menghadap ke arah Anda lalu lipat ujungnya dan lipatan dibagi dua sampai habis.
- Gunakan udeng diatas kepala kemudian bagian segitiga yang tersisa digunakan untuk menutup atas rambut atau batok kepala.
- Lingkarkan bagian panjang kain mengelilingi kepala sampai ujung kainnya bertemu dibagian depan kepala. Ujung kain dibuat simpul sederhana agar udheng terikat kuat dan tidak lepas.
- Sisa kain segitiga dilipat seperti membuat bentuk kipas kemudian masukkan lipatan ke simpul depan kepala.
Demikian cara membuat udeng secara sederhana dan pastikan membuatnya dengan benar. Agar makna dari Filosofi udheng Bali tersebut tidak berubah dan sesuai dengan aturan.