Gantungan Aksara Bali dan Beberapa Aturan Penulisannya

Bagi kamu yang tinggal di pulau Dewata tentu tidak asing dengan gantungan aksara Bali. Bagian ini termasuk salah satu aturan penulisan yang umumnya digunakan untuk huruf tertentu.

Selain gantungan, ada juga penulisan aksara Bali lengkap lainnya yang perlu diketahui. Umumnya semua aturan menulis ini dipelajari mulai dari tingkat SD hingga SMA di pulau Dewata tersebut.

Gantungan Aksara Bali dan Contohnya

Gantungan pada aksara Bali ini banyak digunakan pada kata atau kalimat mati secara konsonan dan huruf selanjutnya harus digantung.

Jika diamati lebih mendalam, gantungan aksara Bali ini cukup banyak aturannya dari setiap huruf. Misalnya gantungan aksara bali u, e, o dan beberapa huruf lain dan untuk memudahkan berikut beberapa contohnya:

Gantungan ‘U’

Contoh: ᬳ᭄ᬯᬵ (guru)

Pada contoh ini, huruf ᬳ (ga) digantung dengan ᬵ (u) untuk membentuk suku kata ‘gu’, yang kemudian diikuti oleh ᬯ (ra) untuk membentuk kata ‘guru’.

Gantungan ‘E’

Contoh: ᬢ᭄ᬧᬲ (kreta)

Di sini, huruf ᬢ (ka) digantung dengan ᬲ (e) untuk membentuk suku kata ‘kre’, yang kemudian diikuti oleh ᬧ (ta) untuk membentuk kata ‘kreta’.

Gantungan ‘O’

Contoh: ᬦ᭄ᬚᬼ (godo)

Pada contoh ini, huruf ᬦ (ga) digantung dengan ᬼ (o) untuk membentuk suku kata ‘go’, yang kemudian diikuti oleh ᬚ (da) untuk membentuk kata ‘godo’.

Hal ini berlaku terus-menerus baik di kata mabet, ririh dan selanjutnya. Lalu ada juga yang bertanya terkait gantungan aksara bali e. Huruf E bisa digantung selama kata atau huruf sebelumnya kata secara konsonan seperti halnya terjadi pada contoh diatas.

Mengenal Huruf Dasar

Selain gantungan, ada juga aturan penulisan lain seperti beberapa huruf dasar dalam aksara Bali. Karena bentuknya dasar maka kalimat ini sama seperti a,b,c,d,e dan seterusnya.

Namun dalam aksara Bali penulisannya bukan seperti itu tetapi a,na, ca, ra, ka, da, ta dan seterusnya. Untuk memudahkan berikut beberapa contoh huruf dasar dalam bahasa Bali:

  • ᬅ (ha)
  • ᬆ (na)
  • ᬇ (ca)
  • ᬈ (ra)
  • ᬉ (ka)
  • ᬊ (da)
  • ᬋ (ta)
  • ᬌ (sa)
  • ᬍ (wa)
  • ᬎ (la)
  • ᬏ (ma)
  • ᬐ (ga)
  • ᬑ (ba)
  • ᬒ (nga)
  • ᬓ (ja)
  • ᬔ (ya)
  • ᬕ (pa)
  • ᬖ (ka (seperti ‘q’))
  • ᬗ (ba (seperti ‘v’))
  • ᬘ (pa (seperti ‘f’))
  • ᬙ (dha)
  • ᬚ (da (seperti ‘dh’))
  • ᬛ (ja (seperti ‘j’))
  • ᬜ (tha)
  • ᬝ (tha (seperti ‘th’))
  • ᬞ (na (seperti ‘n’))
  • ᬟ (pha)
  • ᬠ (pha (seperti ‘ph’))
  • ᬡ (sa)
  • ᬢ (ka (seperti ‘x’))
  • ᬣ (sha)
  • ᬤ (sa (seperti ‘sh’))
  • ᬥ (sa (seperti ‘s’))
  • ᬦ (ga (seperti ‘gh’))

Sekilas huruf Bali ini dari nama seperti yang ada di bahasa Jawa. Namun di dalam bahasa Jawa, huruf a pada setiap namanya dilafalkan seperti huruf o. Untuk memudahkan beberapa contoh kata dalam aksara Bali:

  • ᬳᬦᬸ (Gumi) – Bumi atau tanah
  • ᬩᬲᬶ (Nele) – Aturan atau hukum
  • ᬳ᭄ᬯᬵ (Guru) – Guru atau pengajar
  • ᬢ᭄ᬧᬲ (Kreta) – Kereta atau mobil
  • ᬪᬵᬸ (Luhu) – Hati atau perasaan
  • ᬩᬢᬶ (Neka) – Lihat atau melihat
  • ᬤᬾᬦ (Swaré) – Suara
  • ᬥ᭄ᬢᬶ (Saka) – Tahun atau zaman
  • ᬳᬾᬮ (Géré) – Gerak atau bergerak
  • ᬧᬩᬶ (Tana) – Negara atau tanah air

Dalam penulisan huruf dasar ini juga harus memperhatikan beberapa tanda baca mulai koma hingga titik. Penulisan tanda baca ini juga ada aturan dalam bahasa Bali dan berikut penjelasannya:

  • Carik (᭄): Carik digunakan untuk menandai akhir dari suku kata atau pemisah antara konsonan dengan vokal yang mengikutinya. Carik juga digunakan untuk menggantung huruf vokal pada huruf konsonan dalam aksara Bali.
  • Carik Pama (᭄ᬩᬮᬄ): Carik Pama digunakan untuk menandai akhir dari suku kata yang diikuti oleh suara ‘m’ (nglegena), seperti pada kata ᬩᬮᬄ (nama) yang berarti “nama”.
  • Pangangge Adeg (ᬄ): Tanda ini digunakan untuk menandai akhir kalimat atau bagian yang diakhiri dengan suara ‘m’ (nglegena), seperti pada kata ᬄᬬᬂ (adem) yang berarti “damai” atau “tenang”.
  • Pangangge Taling Tedung (ᬆᬾᬯ): Tanda ini digunakan untuk menandai akhir kalimat atau bagian yang diakhiri dengan suara ‘n’ (nglegena), seperti pada kata ᬬᬂᬲ (ané) yang berarti “itu” atau “yang”.
  • Pangangge Cécak (ᬶ): Tanda ini digunakan untuk menandai akhir kalimat atau bagian yang diakhiri dengan suara ‘ng’ (nglegena), seperti pada kata ᬶᬢᬂ (kang) yang berarti “yang”.
  • Pangangge Surang (ᬸ): Tanda ini digunakan untuk menandai akhir kalimat atau bagian yang diakhiri dengan suara ‘r’ (nglegena), seperti pada kata ᬸᬢᬂ (kar) yang berarti “yang”.

Titik Dua (᭞): Tanda ini digunakan untuk menandai akhir dari suatu bagian teks atau paragraf. Mirip dengan titik dua atau titik koma dalam penulisan Latin.

Huruf Vocal

Selain huruf dasar, aksara Bali juga mengenal huruf vocal seperti a,i,u,e dan o. Semua huruf tersebut dalam bahasa Bali sering disebut sebagai Pengangge Aksara. Untuk memudahkan, berikut beberapa penulisan huruf vocal dalam bahasa Bali:

Jika huruf vocal ini diaplikasikan dalam sebuah kata maka contohnya seperti berikut:

Aturan penulisan:

  • Dalam menulis kata Meli di aksara Bali ini harus menggunakan taleng.
  • Lalu saat menulis aksara Bali ini tidak boleh menggunakan spasi antar aktanya. Dengan demikian, kamu tinggal menuliskan kata tersebut hingga satu kalimat secara utuh.
  • Proses penulisan aksara bali dari sisi pengucapan juga tidak berubah dan hanya ada tambahan huruf. Misalnya seperti biu dan jika diucapkan menjadi biyu

Jadi gantungan aksara Bali ini adalah beberapa huruf yang terjadi ketika huruf sebelumnya mata secara konsonan. Aturan ini berlaku ketika huruf mati di dalam satu kata atau kalimat.

Baca Juga: Cara Membuat Aksara Bali di Macbook dan PC

Selain gantungan juga ada istilah lain dalam aksara bali seperti huruf dasar dan konsonan. Kedua huruf ini juga perlu dipelajari agar dalam menulis aksara Bali bisa sesuai dengan aturan yang ada.