Filosofi Surjan Pada 3 Bagian Utama dalam Desainnya

Filosofi Surjan tidak lepas dari masyarakat Jawa terutama Jogja yang penuh dengan filosofi kehidupan. Baju surjan merupakan busana kejawen yang akan akan sejarah serta ajaran tersirat didalamnya.

Bagi masyarakat modern menggunakan busana seperti Surjan pada masa-masa tertentu saja. Seperti adanya hari besar atau kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kebudayaan di Indonesia.

Namun bagi masyarakat pada jaman dulu, gaya busana seperti ini sudah menjadi bagian dalam kehidupan. Agar lebih mengenal tentang filosofi busana Surjan bisa simak penjelasannya berikut ini.

filosofi surjan

Mengenal Sekilas Tentang Baju Surjan

Deskripsi Surjan secara sederhana adalah salah satu model pakaian adat Jawa yang pertama kali diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Model pakaian ini sudah ada sebelum jaman Mataram namun trend pada masa itu.

Bentuknya berupa baju lengan panjang berkerah tegak dan secara umum terbuat dari bahan lurik maupun berkembang.

Menariknya nama Surjan ini terdiri dari dua suku kata yaitu suraksa-janma yang artinya adalah manusia. Surjan juga berasal dari istilah siro-jan yang memiliki arti pepadhang atau sebuah pelita.

filosofi surjan

Tidak hanya sebagai identitas budaya saja namun surjan memiliki makna sebagai filosofi spiritual yang sangat mendalam. Makna dan artinya berkenaan dengan sidar ideal hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Jenis Surjan sendiri terdapat dua jenis yaitu surjan lurik (motif garis-garis) dan surjan ontrokusuma (motif bunga kusuma). Surjan ontrokusuma ini lebih menarik karena terbuat dari kain sutra dengan motif bunga.

Surjan ontrokusuma memiliki kesan mewah dan elegan sehingga pada jaman dulu hanya diperuntukkan untuk para bangsawan saja. Sedangkan yang motif lurik untuk seragam pada aparat kerajaan serta masyarakat umum.

Ukuran dari motif lurik juga menentukan tinggi jabatan seseorang jika motif lurik semakin besar maka jabatannya semakin tinggi. Begitupun dengan warna dasar serta warna garis juga menandakan tingkatan sosial tersendiri.

Memakai surjan juga dilengkapi dengan blangkon sebagai penutup kepala yang bertujuan menyimpan rambut pria agar lebih rapi. Mengingat pada jaman dulu kebanyakan para pria memanjangkan rambutnya dan tidak seperti sekarang.

Filsafat Surjan Sebagai Pengagem Takwa

Surjan bukan sekedar model pakaian saja namun memiliki filsafat tentang jati diri masyarakat Jawa pada jaman dulu. Perlu diketahui kata surjan berasal dari Bahasa Yunani yang memiliki arti cinta kearifan.

Menurut Liliweri, 2009:97 “Perilaku budaya, suara, gerak gerik anggota tubuh, nada suara, cara berpidato, pakaian dan guntingan rambut menunjukkan ciri khas seseorang yang tidak dimiliki oleh orang lain.

filosofi surjan

Filosofi pada surjan terdapat pada 3 bagian yaitu:

  1. Bagian leher memiliki 3 pasang kancing yang artinya ada 6 kancing secara keseluruhan yang memiliki makna tentang rukun iman dalam agama Islam.
  2. Terdapat dua buah kancing pada bagian dada yang terletak pada sebelah kanan dan kiri sebagai simbol dua kalimat syahadat.
  3. Terdapat juga tiga buah kancing pada bagian dalam dada yaitu dekat dengan perut yang letaknya tersembunyi. Tiga kancing ini mewakili tentang tiga macam nafsu yang harus ditutup dan diredam oleh manusia.

Seperti nafsu bahimiyah atau hewani, nafsu lawwamah atau makan dan minum serta nafsu syaitoniah atau kesetanan.

Baca Juga: Filosofi Kintsugi yang masih relate dengan filosofi Surjan.

Karena itulah surjan bukan sekedar pakaian yang dibuat untuk menutupi badan saja namun penuh dengan makna. Sehingga setiap desain dibuat sedetail mungkin dengan berbagai makna yang mengingatkan manusia akan Tuhan.

Tidak heran jika pakaian ini sangat dihormati oleh masyarakat Jawa karena filosofi Surjan sangat mendalam.